116 Hektare Bekas Lahan Bawang Putih dan Jahe Tak Difungsikan

Kawasan Hulu Gantasan yang berada di Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, menjadi perhatian para penggiat lingkungan. Meski tidak menjadi penyebab utama banjir di kota Banyuwangi, keberadaan Gantasan yang gundul membuat banyak pihak khawatir dengan masa depan lingkungan hidup di kawasan tersebut.

116 Hektare Bekas Lahan Bawang Putih dan Jahe Tak Difungsikan

Menurut Tim ekspedisi Susur Sungai Kalilo (Susuka), masih banyak tanaman kopi dan cengkih di kawasan hulu Gantasan, namun puluhan hektare lahan telah berubah menjadi hamparan tanaman tebu, jahe, dan cabai. Regulasi terkait penanganan lahan di sekitar area Gantasan menjadi wewenang Dinas Pertanian dan Pangan, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh pihak Perkebunan dan Perhutani. Sedangkan pengawasan dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup.

Kondisi lingkungan di sekitar Gantasan menjadi perhatian serius Dinas Pertanian dan Pangan dengan melakukan upaya konservasi melalui penanaman tanaman keras dan memperbanyak parit buntu penahan air (rorak). Dikatakan Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Ilham Juanda, bahwa di wilayah hulu kurang lebih ada 116 hektare tanaman bekas lahan tanaman bawang putih dan jahe yang tidak difungsikan. Oleh karena itu, kawasan tersebut menjadi fokus upaya konservasi lingkungan.

Saat ini, Dinas Pertanian dan Pangan telah melakukan penanaman kembali dengan tanaman tahunan jenis petai, durian, sukun, trembesi, hingga kelengkeng, dengan spek tinggi antara 1,5 hingga 2 meter. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, tanaman tersebut sudah mampu mengendalikan erosi dan curahan debit air saat intensitas hujan tinggi di wilayah hulu. Di atas lahan tersebut telah tertanam 585 jenis tanaman keras, dan diharapkan jumlah penanaman lahan konservasi tersebut akan lebih dimaksimalkan hingga mencapai 1.000 pohon. Tanaman tersebut diharapkan bisa memberikan hasil yang efektif di masa mendatang.

Selain penanaman tanaman keras, pembuatan rorak juga menjadi salah satu upaya konservasi lingkungan di kawasan tersebut. Rorak berfungsi sebagai salah satu upaya menyiapkan catchment area atau daerah tangkapan air di kawasan lereng Ijen. Ketinggian rata-rata kawasan tersebut antara 500-900 mdpl. Jumlah rorak yang akan dibuat mencapai 500. Saat ini sudah ada 100 rorak yang dibuat dan diharapkan pembangunan rorak tersebut dapat segera diselesaikan.

Camat Licin Sri Widiyanto yang ikut dalam ekspedisi mengatakan bahwa pihak kecamatan hanya berperan melakukan imbauan kepada para pengelola untuk menjaga vegetasi di sekitar wilayah kaki Gunung Ijen tersebut.