Perusahaan dunia yang pernah diserang oleh hacker

Keamanan siber semakin menjadi perhatian di era digital ini. Berbagai perusahaan, termasuk perusahaan teknologi, tidak luput dari serangan hacker. Bahkan, beberapa perusahaan tercatat pernah mengalami kerugian materiil hingga jutaan dolar Amerika. Tak hanya itu, kebocoran data konsumen juga membuat pengusaha dan pemerintah ikut kelabakan.

Perusahaan dunia yang pernah diserang oleh hacker
Perusahaan dunia yang pernah diserang oleh hacker

Berikut adalah perusahaan dunia yang pernah diserang oleh hacker:

Yahoo!

Perusahaan mesin pencari saingan Google ini pernah menjadi korban pencurian data pada 2013. Orang yang membobol akun pengguna Tumblr dan Flickr meminta uang tebusan sebesar US$ 35 juta (Rp 518 miliar) pada 2018.

Google+

Google+ menemukan kerentanan dalam API jaringan sosial perusahaannya sekitar 2015 sampai 2018. Ada 496.951 data pengguna yang berpotensi disalahgunakan.

Facebook

Pada April 2019, para pakar teknologi membeberkan bahwa terdapat banyak data pengguna Facebook yang diekspos ke publik. Koleksi informasi pelanggan tersimpan di server komputasi awan Amazon. Akhirnya, Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS menjatuhkan denda sebesar US$ 5 miliar (Rp 74 triliun).

LinkedIn

Seorang hacker yang menamai dirinya ‘God User’ mengeksploitasi situs API LinkedIn pada Juni 2021. Informasi penting yang ditarik seperti email, nomor telepon, dan juga geolokasi.

Adobe

Lebih dari 150 juta nama akun dan kata sandi Adobe disedot peretas. Informasi kartu debit juga ikut terekspos. Adobe dipaksa untuk membayar ganti rugi US$ 1 juta (Rp 14 miliar) pada November 2016.

Acer

Perusahaan komputer Acer pernah kalang kabut menghadapi tim peretas REvil. Peretas menemukan kerentan di server Microsoft Exchange untuk akses ke Acer. Kerugian yang ditanggung perusahaan ini mencapai US$ 50 juta (Rp 726 miliar).

Quanta Computer Inc.

Salah satu pemasok produk MacBook Apple ini menjadi target ransomware. Kelompok REvil atau Sodinokibi kembali menjadi dalang di balik kasus dengan tebusan US$ 50 juta (Rp 726 miliar) ini.

Alibaba

Data pelanggan dari situs grup bisnis milik Jack Ma ini juga dikabarkan diretas pada November 2019. Terdapat 1,1 miliar informasi pelanggan Alibaba yang dijebol.

Marriott International (Starwood)

Sekitar 500 juta informasi tamu Eropa tersebar akibat serangan peretas pada 2018. Marriott International harus membayar denda US$ 124 juta (Rp 1,8 triliun) karena kasus tersebut.

Equifax

Equifax mengakui 143 juta pelanggannya diretas pada 2017.

Sony Pictures

Pada tahun 2014, Sony Pictures Entertainment menjadi korban serangan yang dilakukan oleh kelompok peretas yang mengaku berafiliasi dengan Korea Utara. Serangan ini menyebabkan pencurian data rahasia, email, dan dokumen film terbaru Sony. Serangan ini juga mengakibatkan pembocoran informasi pribadi dari ribuan pegawai Sony dan aktor terkenal yang terlibat dalam film-filmnya.

JPMorgan Chase

Pada tahun 2014, JPMorgan Chase, bank terbesar di Amerika Serikat, mengalami serangan hacker. Serangan ini menyebabkan pencurian informasi dari sekitar 83 juta nasabah JPMorgan Chase, termasuk nama, alamat email, nomor telepon, dan nomor rekening. Serangan ini dianggap sebagai salah satu serangan terbesar pada sektor keuangan di Amerika Serikat.

eBay

Pada tahun 2014, eBay mengumumkan bahwa mereka telah mengalami serangan hacker yang menyebabkan data pengguna eBay dicuri. Data yang dicuri termasuk nama, alamat email, tanggal lahir, nomor telepon, dan alamat rumah dari sekitar 145 juta pengguna eBay. eBay juga mengumumkan bahwa data kartu kredit tidak dicuri, karena data tersebut disimpan di server terpisah yang dienkripsi dengan baik.

Target

Pada tahun 2013, Target, salah satu retailer terbesar di Amerika Serikat, mengalami serangan hacker yang menyebabkan pencurian data dari sekitar 40 juta nasabah Target. Data yang dicuri termasuk nama, alamat email, nomor telepon, dan nomor kartu kredit. Serangan ini juga menyebabkan pencurian data dari sekitar 70 juta nasabah Target yang meliputi alamat rumah dan nomor telepon.

Home Depot

Pada tahun 2014, Home Depot, retailer terbesar kedua di Amerika Serikat, mengumumkan bahwa mereka telah mengalami serangan hacker yang menyebabkan pencurian data dari sekitar 56 juta nasabah Home Depot. Data yang dicuri termasuk nama, alamat email, nomor telepon, dan nomor kartu kredit. Serangan ini dianggap sebagai salah satu serangan terbesar pada sektor ritel di Amerika Serikat.

Fujifilm

Perusahaan asal Jepang pembuat kamera dan peralatan kesehatan, Fujifilm melihat kemungkinan akses tidak dikenal ke server pada Juni 2021. Untuk mengatasinya, perusahaan tersebut terpaksa menonaktifkan sebagian jaringan mereka. Jenis ransomware yang menyusup ke server Fujifilm dari golongan trojan bernama Qbot.

AXA

Perusahaan asuransi Eropa AXA diserang kelompok peretas dengan julukan Avaddon. Serangan terjadi usai pengumuman perubahan ketentuan polis asuransi tersebut. Total terdapat sekitar 3 TB data yang berhasil ditimbun sehingga menambah panjang daftar perusahaan dunia yang diserang hacker.

CNA Financial Corp

Kelompok peretas Evil Corp berhasil memasang malware baru yang disebut Phoenix CryptoLocker di situs perusahaan asuransi, CNA Financial Corp. Peretas mengenkripsi 15.000 perangkat pada 21 Maret 2021. Termasuk pula pada komputer stafnya yang bekerja dari jarak jauh.

JBS Foods

Aktivitas ransomware juga dialami di peralatan canggih JBS Foods pada Mei 2021. Salah satu produsen pengolah daging terbesar tersebut diduga mengalami tanda-tanda melambat akibat kelompok REvil dari Rusia. Meski tidak sampai mengurangi stok pangan, JBS Foods harus membayar tebusan dengan angka fantastis, yakni US$ 11 juta.

Colonial Pipeline

Jaringan pipa pemasok bahan bakar di Amerika Serikat sempat kering akibat ulah peretas dengan nama Threat Actor. Masyarakat di kawasan Florida sampai Virginia menjadi panik lalu menimbun bensin pada Juni 2021. Perusahaan akhirnya menyerah dan membayar US$ 4,4 juta dalam bentuk bitcoin. Apa yang dialami Colonial Pipeline tersebut dianggap sebagai salah satu serangan hacker terbesar di dunia.

Kesimpulannya, tidak ada yang terlalu aman di internet. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus meningkatkan keamanan siber mereka dan memperhatikan perlindungan data konsumen.