Singapura Masukkan ChatGPT Ke Dalam sistem Pendidikan

Pemerintah Singapura akan memasukkan kecerdasan buatan ChatGPT ke dalam sistem pendidikannya, baik di sekolah maupun universitas. Keputusan ini diambil setelah melalui diskusi kelompok profesional yang melibatkan para pendidik untuk mengupas manfaat penerapan teknologi AI untuk dunia pendidikan. Namun, pendidik di Singapura tidak hanya akan mengajarkan konsep dasar, tetapi juga akan membekali siswa dengan keterampilan untuk menggunakan alat AI dengan bertanggung jawab. Dalam artikel ini, akan dijelaskan bagaimana pemerintah Singapura menangani kekhawatiran yang muncul mengenai penggunaan ChatGPT dalam dunia pendidikan dan mengapa beberapa institusi di negara lain memilih menolak penggunaannya.

Singapura Masukkan ChatGPT Ke Dalam sistem Pendidikan
Singapura Masukkan ChatGPT Ke Dalam sistem Pendidikan

Sebagaimana dilaporkan, keputusan Singapura untuk memasukkan ChatGPT ke dalam sistem pendidikan cukup berbeda dengan negara lain. Institusi seperti Sciences Po di Prancis melarang penggunaan ChatGPT dan alat kecerdasan buatan lainnya tanpa referensi yang transparan. Sekolah negeri di New York City dan Seattle juga mengikuti larangan penggunaan ChatGPT. Namun, di Singapura, para pendidik beranggapan bahwa penggunaan ChatGPT akan memberikan manfaat dalam pembelajaran, asalkan siswa diberi pemahaman dasar dan keterampilan yang cukup untuk menggunakan teknologi AI dengan bertanggung jawab.

Menurut Menteri Pendidikan Singapura, Chan Chun Sing, ChatGPT dapat dibandingkan dengan kalkulator, di mana alat tersebut membantu siswa belajar matematika. Namun, operasi matematika dasar harus dikuasai siswa terlebih dahulu. Demikian pula, penggunaan ChatGPT hanya berguna jika siswa sudah memahami konsep pembelajaran yang ada.

Untuk itu, selain mengajarkan konsep pembelajaran, Kementerian Pendidikan Singapura akan membekali siswa dengan keterampilan untuk menggunakan alat AI dengan bertanggung jawab. Siswa tidak hanya diajarkan cara penggunaan alat AI, tetapi juga diajarkan bagaimana menilai secara kritis informasi yang diperoleh dari ChatGPT. Informasi tersebut bisa saja tidak akurat atau bahkan bias.

Pendekatan ini dilakukan agar siswa tidak terlalu bergantung pada alat teknologi, sehingga tetap menguasai keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh alat kecerdasan buatan. Ada banyak keterampilan yang tidak mudah digantikan oleh alat kecerdasan buatan, seperti keterampilan pembelajaran mandiri dan kolaboratif, serta pemikiran inventif yang diperoleh dari peran kepemimpinan, kerja proyek, dan pembelajaran berdasarkan pengalaman.

Plagiarisme juga bisa dideteksi dengan menilai kemahiran siswa secara keseluruhan dan mengidentifikasi jawaban siswa yang mencurigakan. Perguruan tinggi di Singapura punya berbagai cara untuk menguji siswa, seperti ujian, presentasi, dan proyek. Proyek ini akan membantu siswa mengembangkan keterampilan kolaboratif dan pemikiran kreatif, yang tidak dapat digantikan oleh teknologi AI seperti ChatGPT.

Namun, meskipun ada upaya untuk mengajarkan siswa tentang penggunaan teknologi AI dengan bertanggung jawab, beberapa orang masih memiliki kekhawatiran tentang penggunaannya dalam dunia pendidikan. Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa teknologi AI dapat menggantikan peran pendidik dalam pembelajaran. Beberapa orang khawatir bahwa penggunaan ChatGPT dapat menghilangkan kebutuhan untuk guru, sehingga membuat pekerjaan guru menjadi tidak relevan.

Namun, Menteri Pendidikan Singapura menegaskan bahwa penggunaan ChatGPT tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran guru. Sebaliknya, teknologi AI seperti ChatGPT dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan menyusun materi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan ChatGPT, guru dapat menghasilkan konten pembelajaran yang lebih baik dan membantu siswa memahami materi dengan lebih baik.

Selain itu, penggunaan ChatGPT juga dapat membantu guru dalam menangani masalah kesenjangan belajar di antara siswa. Dengan ChatGPT, guru dapat menyediakan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, sehingga setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya masing-masing.

Kesimpulannya, penggunaan ChatGPT dalam dunia pendidikan memiliki manfaat dan tantangan yang perlu diperhatikan. Meskipun beberapa institusi di negara lain memilih menolak penggunaannya, Singapura memutuskan untuk memasukkan teknologi AI ke dalam sistem pendidikannya. Namun, pemerintah Singapura juga menyadari bahwa penggunaan teknologi AI harus diimbangi dengan pengembangan keterampilan manusia yang tidak dapat digantikan oleh teknologi, seperti keterampilan pembelajaran mandiri dan kolaboratif, serta pemikiran inventif. Dengan cara ini, penggunaan ChatGPT dan teknologi AI lainnya dapat membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran dan membantu siswa belajar dengan lebih baik, sambil tetap memperhatikan kebutuhan dan peran pendidik.